Beranda | Artikel
Khutbah Jumat: Bahaya Penyakit Kemunafikan
Jumat, 21 Oktober 2022

Khutbah Jumat: Bahaya Penyakit Kemunafikan ini merupakan rekaman khutbah Jum’at yang disampaikan oleh Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc. di Masjid Al-Barkah, Komplek Rodja, Kp. Tengah, Cileungsi, Bogor, pada Jum’at , 25 Rabi’ul Awwal 1444 H / 21 Oktober 2022 M.

Khutbah Khutbah Jumat: Bahaya Penyakit Kemunafikan

Para sahabat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam adalah manusia yang paling bening hati mereka. Mereka adalah orang-orang yang telah dipuji oleh Allah dalam Al-Qur’anul Karim, dan dipuji oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dalam hadits-haditsnya, bahkan mereka -kata Ibnu Hazm- telah dijamin oleh Allah dengan surga.

Namun Subhanallah.. mereka dengan ketakwaannya yang sangat luar biasa, mereka malah takut sekali terkena penyakit kemunafikan di hati mereka. Muhammad bin Al-Muqtadir berkata: “Aku bertemu dengan 30 sahabat, semua mereka menghawatirkan terkena penyakit kemunafikan pada diri mereka. Tidak ada seorangpun di antara mereka yang berani berkata bahwasannya iman mereka seperti iman Jibril dan Mikail.”

Subhanallah.. Padahal mereka orang yang paling mengenal Allah, paling takut kepada Allah, bahkan orang yang paling cinta kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Mereka yang paling ittiba’ kepada sunnah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Akan tetapi mereka sangat khawatir apabila terkena penyakit kemunafikan di hati mereka.

Demikianlah, saudaraku.. Seseorang semakin bening hatinya, semakin takwa kepada Allah, semakin ia merasa khawatir jika maksiat membuat dirinya menjadi orang-orang munafik.

Orang-orang yang hatinya diberikan oleh Allah kebandingan dan ketakwaan. Demikian pula orang-orang senantiasa berusaha untuk mengejar kebaikan, dia justru khawatir apabila amalnya tidak diterima oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Aisyah Radhiyallahu ‘Anha pernah bertanya kepada Rasulullah tentang sebuah ayat, dimana Allah Ta’ala berfirman:

وَالَّذِينَ يُؤْتُونَ مَا آتَوا وَّقُلُوبُهُمْ وَجِلَةٌ أَنَّهُمْ إِلَىٰ رَبِّهِمْ رَاجِعُونَ

“Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan (yaitu orang-orang yang menginfakkan harta mereka), sementara hati mereka dipenuhi rasa takut kepada Allah…” (QS. Al-Mu’minun[23]: 60)

Aisyah bertanya kepada Rasulullah: “Wahai Rasulullah, apakah yang dimaksud dengan ayat ini adalah orang yang suka berbuat dosa? Dimana ia minum arak, berzina dan yang lainnya, dan ia merasa takut diadzab oleh Allah?”

Kata Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam: “Bukan mereka yang dimaksud dalam ayat ini wahai Bintu Siddiq. Akan tetapi mereka adalah orang-orang yang senantiasa shalat, zakat, puasa, beramal shalih, akan tetapi mereka khawatir apabila amalnya belum diterima oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.”

Subhanallah.. Para sahabat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sangat khawatir apabila amalnya belum diterima oleh Allah. Para sahabat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sangat khawatir kalau mereka terkena penyakit kemunafikan. Na’udzubillah, nas’alullah as-salamah wal ‘afiyah.

Sementara banyak di antara kita merasa tenang dari penyakit kemunafikan. Ketika kita selalu terlambat untuk shalat berjamaah dan terasa berat untuk pergi ke masjid, kita tidak sadar bahwasanya penyakit kemunafikan telah mulai ada di hati kita. Karena di antara tanda penyakit kemunafikan adalah hatinya dijadikan oleh Allah berat kepada ketaatan.

Sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta’ala mensifati orang-orang munafiqin yang Allah jadikan mereka berat untuk keluar ke medan perang, karena Allah tidak suka keluarnya mereka itu. Allah menyebutkan dalam surah At-Taubah, dimana Allah mengatakan:

وَلَوْ أَرَادُوا الْخُرُوجَ لَأَعَدُّوا لَهُ عُدَّةً وَلَٰكِن كَرِهَ اللَّهُ انبِعَاثَهُمْ فَثَبَّطَهُمْ وَقِيلَ اقْعُدُوا مَعَ الْقَاعِدِينَ

“Kalaulah mereka hendak keluar menuju jalan Allah itu, tentu mereka sudah bersiap-siap sebelumnya, akan tetapi Allah tidak suka keluarnya mereka kepada kebaikan, maka Allah jadikan hati mereka menjadi berat kepadanya…” (QS. At-Taubah[9]: 46)

Maka apabila kita dapati hati kita berat terhadap amalan shalih, berat terhadap kebaikan, demi Allah itu pertanda ada penyakit kemunafikan di hati kita.

Ketika Allah menyebutkan tentang sifat orang munafiqin, Allah mengatakan:

إِنَّ الْمُنَافِقِينَ يُخَادِعُونَ اللَّهَ وَهُوَ خَادِعُهُمْ وَإِذَا قَامُوا إِلَى الصَّلَاةِ قَامُوا كُسَالَىٰ يُرَاءُونَ النَّاسَ وَلَا يَذْكُرُونَ اللَّهَ إِلَّا قَلِيلًا

“Sesungguhnya orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan balas tipuan mereka. Dan mereka apabila berdiri shalat, berdiri dengan malasnya, itupun riya’ ingin dipuji manusia. Dan mereka tidak mengingat Allah kecuali sedikit saja.” (QS. An-Nisa`[4]: 142)

Kata Ibnul Qayyim bahwa ini adalah sifat shalatnya orang munafik. Orang munafik itu malas ketika berdiri shalat, kemudian ia pun riya’ ingin dilihat manusia, sudah begitu dalam shalatnya itu dia tidak mengingat Allah kecuali sedikit saja.

Ketika kita merasakan itu di hati, ketika kita mulai malas-malasan berangkat shalat, maka harusnya kita hawatir bahwa itu adalah merupakan tanda orang munafik. Ketika Rasulullah menyebutkan:

أثقلُ الصلاةِ على المنافقين صلاةُ العشاءِ وصلاةُ الفجرِ

“Seberat-beratnya shalat atas orang munafik shalat isya’ dan shalat subuh.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Cobalah kita perhatikan dan periksa, apakah pada waktu itu kita merasa berat melakukannya. Namun ketika Alhamdulillah, Allah berikan kekuatan kita dan kita pergi dengan semangatnya, kaki kita terasa ringan berjalan menuju masjid untuk shalat berjamaah, itu berarti insyaAllah hati kita masih bebas dari penyakit kemunafikan.

Maka saudaraku.. Jangan pernah merasa diri kita akan selamat dari penyakit kemunafikan. Karena penyakit kemunafikan adalah penyakit yang parah. Ketika kemunafikan telah para di hati seorang hamba, mendengarkan Al-Qur’an pun terasa panas begini dia. Allah mengatakan:

وَإِذَا مَا أُنزِلَتْ سُورَةٌ فَمِنْهُم مَّن يَقُولُ أَيُّكُمْ زَادَتْهُ هَٰذِهِ إِيمَانًا ۚ فَأَمَّا الَّذِينَ آمَنُوا فَزَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَهُمْ يَسْتَبْشِرُونَ ‎﴿١٢٤﴾‏ وَأَمَّا الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِم مَّرَضٌ فَزَادَتْهُمْ رِجْسًا إِلَىٰ رِجْسِهِمْ وَمَاتُوا وَهُمْ كَافِرُونَ ‎﴿١٢٥﴾

“Dan apabila diturunkan suatu surah Al-Qur’an, maka di antara orang-orang munafik ada yang berkata: ‘Siapa yang bertambah keimanannya dengan diturunkannya surah ini?’ (Maka Allah menjawab:) Adapun orang-orang yang beriman, dengan diturunkannya Al-Qur’an maka bertambahlah keimanan mereka, dan mereka pun bergembira dengan Al-Qur’an. Adapun orang-orang yang ada di dalam hatinya penyakit, dengan diturunkannya Al-Qur’an bertambahlah penyakit, disamping penyakit yang ada, dan mereka mati dalam keadaan kafir.” (QS. At-Taubah[9]: 124-125)

Ketika kita membaca Al-Qur’an, apakah bertambah keimanan kita? Ketika kita membaca Al-Qur’an, apakah kita merasa gembira dengan perintah dan larangan yang Allah turunkan di dalamnya?

Namun ketika hati kita membaca Al-Qur’an tapi malah bertambah penyakit hati kita, itu akibat daripada penyakit kemunafikan yang ada di hati kita. Nas’alullah as-salamah wal ‘afiyah.

Khutbah Kedua: Bahaya Penyakit Kemunafikan

Seorang mukmin selalu memeriksa hatinya. Yang dia pikirkan adalah keselamatan hatinya. Karena ia sadar bahwasanya keselamatan ia di hari akhirat tergantung kepada keselamatan hatinya. Allah berfirman:

يَوْمَ لَا يَنفَعُ مَالٌ وَلَا بَنُونَ ‎﴿٨٨﴾‏ إِلَّا مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ ‎﴿٨٩﴾‏

“Pada hari tidak bermanfaat anak-anak dan harta, kecuali orang yang datang kepada Allah membawa hati yang selamat.” (QS. Asy-Syu’ara`[26]: 88-89)

Maka ia sadar bahwa tidak mungkin ia selamat di akhirat kecuali dengan keselamatan hatinya. Maka ia berusaha memeriksa hatinya apakah di hatinya ada penyakit kemunafikan, apakah ia telah melakukan perbuatan-perbuatan kemunafikan? Ketika Rasulullah menyebutkan:

آيةُ المُنَافِقِ ثَلاثٌ : إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ ، وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ ، وَإِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ

“Tanda orang munafik itu ada tiga; apabila berbicara ia berdusta, apabila diberikan amanah ia berkhianat, apabila berjanji ia tidak menepati.”

Lihat juga: Bab Tanda-Tanda Orang Munafiq

Maka bersungguh-sungguhlah saudaraku sekalian untuk memelihara hati kita. Demi Allah, dahulu Salafush Shalih sangat bersungguh-sungguh untuk memelihara hati mereka. Mereka memandang bahwasannya keselamatan hati dan lisan itu segala-galanya.

Murrah bin Muawiyah berkata: “Adalah dahulu Salafush Shalih memandang bahwasanya orang yang paling utama di antara mereka adalah orang yang paling selamat hati dan lisannya.”

Download mp3 Khutbah Jumat

Jangan lupa untuk ikut membagikan link download “Khutbah Jumat: Bahaya Penyakit Kemunafikan” ini kepada saudara Muslimin kita baik itu melalui Facebook, Twitter, atau yang lainnya. Semoga menjadi pembukan pintu kebaikan bagi kita semua.


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/52276-khutbah-jumat-bahaya-penyakit-kemunafikan/